sesuatu yang berwarna kelak akan berkelana.

sal
1 min readApr 14, 2021

Di serambi tua itu, masih terlihat seorang pemuda bersurau kecoklatan bercengkrama dengan para bintang-bintang yang ramai dan sepinya sang bulan yang bersinar tak kunjung usai.

Ia hanya menatap indahnya cakrawala suram bertabur gemerlap serta angin yang seolah membawanya mengingat potongan memori yang mulai kabur.

Tentang untaian-untaian rasa dan karsa yang selama ini mulai ia lupakan, serta ingatan-ingatan bercorak motif warna-warni yang pernah membekas membentuk bercak yang perlahan mulai pudar tak berjejak.

Pada akhirnya, semua itu tak akan bertahan lama.

Semu dan fana.

Sesuatu yang berwarna kelak akan berkelana, katanya.

Berkelana kemana?

Ya, kemana saja.

Ke pesisir pantai, ke lereng gunung, atau bahkan hinggap di atas gumpalan awan-awan yang saling bertaut.

Lalu, mengapa rasanya sakit sekali?

Pemuda itu kembali teringat perkataan sang teman lama yang kini juga berkelana entah berada dimana,

“Terkadang, untuk melepas sesuatu yang berkesan, pilu itu harus dirasa. Sebab semesta ingin berpesan, bahwa semua kenangan dan ingatan yang ada, selalu tersimpan makna bagi setiap insan yang berjiwa.”

Tahun demi tahun berlalu dengan sembilu, pemuda itu akhirnya bisa mulai tersenyum kembali.

Di dadanya kini, tak ada lagi pilu. Sudah hilang perasaan itu, kini menjalar, tumbuh, menjadi sesuatu yang hangat. Sesuatu yang akan selalu ia ingat. Sesuatu yang kelak menjadi sebuah kisah bahagia layaknya ujung dari sebuah jalanan panjang yang ia tempuh.

--

--